Kapasitas Peneliti DPR Harus Ditingkatkan
Kepala Badan Keahlian DPR RI Johnson Rajagukguk saat membuka Seminar Nasional dan Pelantikan Pengurus Himpunan Peneliti Indonesia (Himpenindo) Cabang Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI. Foto : Jay/And
Kepala Badan Keahlian DPR RI Johnson Rajagukguk menyerukan kepada para peneliti yang ada di DPR RI untuk senantiasa mengembangkan kapasitas pengetahuannya, dengan mengikuti beberapa seminar-seminar yang kerap diadakan oleh Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI.
Hal itu ia ungkapkan saat membuka Seminar Nasional dan Pelantikan Pengurus Himpunan Peneliti Indonesia (Himpenindo) Cabang Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI, dengan tema; ‘Peran Peneliti dalam Peningkatan Kualitas Kinerja Parlemen,’ di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (17/4/2018).
“Kapasitas pengetahuannya sudah terus kita kembangkan dan terus dilakukan lewat seminar ini. Seminar itu salah satu upaya untuk meningkatkan kapasitas dari setiap peneliti kita. Ya memang sebagai sebuah introspeksi para peneliti itu harus berani bicara, jadi jangan sampai kita ini hanya di atas kertas melulu,” ungkap Johnson.
Dalam kesempatan tersebut, Johnson juga mengungkapkan pendapatnya soal keberadaan dari para peneliti tersebut. Menurutnya, para peneliti DPR RI kerap tidak memiliki keberanian untuk menjelaskan atau berbicara soal lembaganya sendiri disaat lembaganya tengah dilanda kritikan atau lain sebagainya.
“Kita yang punya pengalaman pengetahuan tentang ke-DPR-an, tapi kok menurut saya sampai sekarang ini banyak para peneliti kita sepertinya kurang keberanian, atau alasan lainnya. Tetapi yang jelas, faktanya bahwa yang bicara tentang ke-DPR-an itu lebih banyak dari luar,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Indra Pahlevi menjelaskan, keberadaan Pusat Penelitian itu sendiri baru masuk secara struktur pada tahun 2015 lalu. Dimana Pusat Penelitian BK DPR RI pun menyadari tantangan yang dihadapi adalah agar tetap bisa memberikan support kepada Anggota DPR RI secara lebih optimal.
“Kita tahu di beberapa parlemen lain, misalnya di Amerika Serikat ada Congressener Reset Services, di Australia ada Library Of Australian Parliament yang di dalamnya ada para peneliti. Mereka memberikan support yang penuh kepada Anggota Parlemennya. Di sini kita sebetulnya sudah memberikan dukunagn, tetapi bagaimana kita meningkatkan agar supaya keberadaannya jauh lebih bermanfaat dan berguna untuk para Anggota Parlemen itu sendiri,” ucapnya.
Terkait jumlah peneliti Setjen dan BK DPR RI yang masih dikategorikan minim, Indra berharap segera ada penambahan peneliti dan juga penunjang bagi kinerja peneliti terkait.
“Harapan kami, selain penambahan peneliti yang lebih banyak tentu juga fasilitas-fasilitas. Dari fasilitas itu tidak hanya materi, tapi fasilitas pendidikan dan ruangan yang memadai juga dan tentu akses-akses untuk bisa memberikan kontribusi kepada Anggota DPR itu juga lebih terbuka lebar,” harapnya. (ndy/sf)